Jalin Ukhuwah ,Meski Beda Harakah, yang Penting Satu Aqidah

Senangnya ngeliat pelajar or mahasiswa aktif berdakwah. Mereka tetap semangat dalam dakwah di tengah budaya Barat yang menjerat remaja muslim. Di sekolah maupun kampus, tempat para pemuda pemudi mengenyam pendidikan formal, kini seolah berubah menjadi pabrik penghasil pengemban dakwah.

Banyak pihak yang ambil bagian dalam menyemarakkan dunia dakwah di sekolah/kampus. Ibarat pabrik yang memproduksi berbagai merk dalam produk yang sama. Mereka berasal dari kelompok dakwah atau gerakan ( Harakah) Islam yang coba melebarkan sayapnya. Maka kita enggak perlu bingung kalo di sana banyak beredar para pengemban dakwah dengan sifat, karakter, pemikiran, dan aktivitas yang khas.

Fenoma Dakwah di Kampus Wajar banget kalo sesekali terjadi “senggolan” antar harakah di sekolah/kampus. Karena mereka “ngetem” di tempat yang sama. Masing-masing membidik target dakwah biar mereka jadi bagian yang bakal bikin kuat barisan perjuangannya. Atau berkompetisi meraih posisi pengurus DKM atau LDK atau badan kerohanian di kampus. Supaya akselerasi dakwahnya lebih ngejoss.

Selain itu mereka juga bersaing mendapat perhatian sang target dakwah dengan menggelar acara-acara keisalaman. Perang pemikiran lewat tulisan pun bikin sesak dinding kosong sekitar kampus atau majalah tembok di kampus.

Sayangnya ada saja oknum-oknum dalam harakah itu yang masih belom ikhlas dalam berjuang. Bikin persaingan jadi enggak sehat. Ada yang nyebarin informasi keliru alias fitnah tentang harakah yang lain. Ada juga yang melecehkan perjuangan harakah lain. Merasa harakahnya paling shahih. Malah bahkan ada yang sampai melakukan aksi sabotase. Masjid kampus pun di duduki dan di “labeli” atas nama harakahnya. Poster acara harakah lain yang akan di gelar dia tutupin dengan acara harakahnya atau di sobekin. Waduhh, kalo begini caranya sih masih belom pas kalo dia jadi pengemban dakwah. Pantesnya malah jadi Pengemban Masalah.

Ulah oknum-oknum itu yang bikin runyam. Adanya perbedaan bukannya nambah kekuatan. Malah jadi titik perpecahan. Ini yang kudu kita evaluasi bareng-bareng. Biar semua pihak sama-sama enak. Jangan sampai ada dakwah kampus malah jadi masalah. Harusnya kan membawa berkah. Betul?

Mengedepankan Persamaan sahabat, bisa jadi di antara kamu ada yang berpendapat bahwa banyaknya harakah Cuma bikin susah, gundah, dan gelisah. Kenapa gak satu aja sich harakah itu? Biar kagak berantem. Emangnya kayak Giant yang doyan berantem sama Nobita?he..he..

Seandainya Allah nyuruh kaum muslim untuk bikin satu harakah islam aja, pasti nggak bakal ada Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jama’ah Tabligh, Jama’atul Muslimin yang di sebut gerakan Islam. Mungkin yang ada malah Cuma Hizbut Muslimin atau Jama’tul Tabligh,uupps…!. tapi ternyata Allah membolehkan adanya beberapa harakah yang didirikan kaum Muslimin. Seperti dalam firman-Nya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Masalah yang muncul hanya karena ada kekeliruan dalam mensikapi perbedaan. Terutama dalam tatanan metode dakwah. Padahal perbedaan ini di bolehkan dalam Islam. Karena di bangun dari dalil-dalil yang bersifat dzhan( sangkaan) yang memungkinkan adanya perbedaan pemahaman. Ada yang ikut Pemilu, ada juga yang enggak. Ada yang berorientasi pada dakwah fardhiyah(individu) seperti pembenahan akidah atau akhlak. Ada juga yang berorinetasi pada dakwah fikriyah(pemikiran) dan terjun di dunia politik, dsb. Dan tentunya waktulah yang akan berbicara, metode mana yang lebih tepat, efektif, efisien, dan tentunya sesuai syariat untuk membangkitkan Islam dan kaum muslimin di seluruh dunia.

BTW, kita sudah cukup dewasa untuk menyikapi perbedaan dengan sikap terbaik seperti yang di contohkan tauladan kita, Rasulullah saw. Diantaranya:

1). Kedepankan Persamaan. Kita pasti nggak akan ragu lagi kalo teman-teman yang bergabung dengan harakah itu pasti muslim. Status muslim itu bisa jadi titik langkah awal yang terbaik untuk menjalin persaudaraan antar harakah/gerakan islam. Kita yakin dong kalo para pengemban dakwah yang ikhlas itu nggak mungkin saling menjatuhkan atau mencelakakan sodaranya sendiri yang berbeda harakah.

2). Gerakan Antifitnah. Ingatlah, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Orang yang di bunuh aja langsung mati kalo ajalnya udah sampe. Tapi orang di fitnah bakal butuh waktu lama untuk memulihkan nama baiknya. Nah, biar nggak jadi fitnah, bagusnya kita ngasih informasi sebatas yang kita tahu. Jangan belagu en sok tau. Kalo ada yang nanya tentang harakah lain, kita bisa ajak atau tunjukkin dia ke pihak yang berwenang untuk menjawab pertanyaannya.

3). Ikhlas dalam berdiskusi. Kita boleh aja adu argumen dengan teman beda harakah. Karena Islam juga nyuruh kita nyari pendapat yang lebih kuat dari sisi dalil dan faktanya. Tapi perlu di catat atau di garisbawahi trus di tebelin pake stabile ijo biar nggak lupa. Kita kudu ikhlas pas diskusi. Bener-bener nyari kebenaran berdasarkan Islam, bukan pembenaran atas ide harakah kita. Saya jadi ingat dengan ke empat imam besar yang pernah di miliki oleh dien ini, yaitu Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Maliki, dan Imam Hanafi . salah satu dari mereka pernah berujar, ” bisa saja pendapatku benar, tapi ada kemungkinan salah. Pendapat orang lain salah tapi ada kemungkinan benar.” Dengan begitu di harapkan kita bisa buka mata, telinga, dan hati kita agar bisa menerima kebenaran. Nggak emosional. Meski itu berbeda dengan pendapat kita selama ini.

4). Menyatukan Tujuan. Ada pepatah yang bilang banyak jalan menuju Roma. Tapi bakal kacau kalo Roma yang di maksud beda-beda. Ntar malah ketuker ama Roma merek biskuit atau Roma sang raja dangdut.he..he.. Makanya kudu ada kesamaan tujuan agar terjalin kerjasama sekaligus persaudaraan. Yaitu, menegakkan hukum Allah di muka bumi ini.

Oke deh. Kayaknya kita udah cukup gede untuk menerima perbedaan dalam pola operasional dakwah harakah. Agenda perjuangan kita masih panjang. Ingatlah, harakah hanyalah sebagai kendaraan dalam mencapai tujuan melaksanakan kewajiban dakwah jama’i. Yang kita dakwahkan bukanlah harakahnya. Melainkan ISLAM yang rahmatan lil ‘alamin. Adapun ide yang kita emban dalam harakah tentu saja di gali dari Al-Qur’an dan Assunah yang kembali lagi kepada ISLAM. Waktu, tenaga, dan pikiran kita bakal terbuang percuma kalo hanya capek ngurusin perbedaan yang itu-itu melulu. Apa kagak bosan? Sementara musuh-musuh islam enak-enakan kongkalingkong nguras kekayaan alam kita. Mendiskriminasikan sodara-sodara kita. Membunuh anak-anak muslim yang tiada berdosa. Sesungguhnya di hari penghisaban nanti kita pasti akan di tanya, mana Hizbut Tahrir? mana NU? mana PKS? Mana ribuan pemuda muslim yang pada nonton bola di stadion ? Yang berhasil mengumpulkan ratusan ribu umat di gelora bung karno namun bisakah mengerahkan tenaga umat sebanyak itu untuk berjihad menyelamatkan satu jiwa seorang anak muslim saja dari senjata bombardir Amrik en Israel Laknatullah itu. Dan memaksakan aturan kufur mereka yang bikin kita sengsara. Mari kita kumandangkan kobar dakwah, jalin ukhuwah, meski beda harakah, karena kita masih satu aqidah. Yaitu ISLAM.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. “ ( QS. Al Hujuraat : 10)

di posted by http://salamrevolusi.wordpress.com

 
demaSTAIibsi © 2007 Template feito por Templates para Você